Ultimate magazine theme for WordPress.

Sejarah Kabupaten Bondowoso Punya 19 Wisata Yang Susah Ditaklukkan Turis Asing

0 11,344

Kabupaten Bondowoso merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Timur. Meski terletak di area tapal kuda ujung timur pulau jawa, Bondowoso tidak memiliki wilayah laut, dengan kata lain diapit oleh daratan kabupaten-kabupaten sebelahnya.

Di utara, Bondowoso berbatasan dengan Kabupaten Situbondo. Di timur berbatasan dengan Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Banyuwangi. Di selatan berbatasan dengan Kabupaten Jember. Sedangkan di barat berbatasan dengan Kabupaten Situbondo.

Daerah yang terkenal dengan sebutan ‘Kota Tape’ ini terbagi menjadi tiga wilayah. Pertama wilayah barat yang merupakan pegunungan, masuk area Pegunungan Iyang/Hyang.

Kedua wilayah tengah yang berupa dataran tinggi. Terakhir wilayah timur yang juga berupa pegunungan, bagian dari Pegunungan Ijen. Dengan dimikian jangan heran jika kondisi suhu di Bondowoso cukup sejuk dan cocok sebagai destinasi wisata.

Tak hanya ‘Kota Tape’, kini Kabupaten Bondowoso juga sudah mendeklarasikan diri menjadi ‘Bodowoso Republik Kopi’ disingkat “BRK”. Dukungan penuh dari pemerintah setempat untuk perkebunan dan petani membuat panen kopi di Kabupaten Bondowoso terus meningkat setiap tahunnya dan dapat merambah pasar ekspor.

Kabupaten Bondowoso
Pesona alam Bondowoso | Foto: bendebesah.com

Penasaran, kan Bondowoso dimana? Yuk, baca artikel ini sampai habis untuk menambah wawasan.

Sejarah Kabupaten Bondowoso

Seperti banyak daerah di Nusantara, khususnya di sekitar Jawa Timur, Kabupaten Bondowoso juga memiliki sejarah yang kental dengan kisah kolosal kerajaannya. Berikut kisah sejarah yang beredar dan dipercayai masyarakat setempat.

Pada saat Bupati Ronggo Kiai Suroadikusumo memegang pemerintahan, daerah di bawah kepemimpinannya, Besuki, mengalami kemajuan pesat. Pelabuhan Besuki berperan besar menarik minat para pedagang luar. Alhasil kepadatan penduduk bertambah, maka hutan wilayah tenggara Besuki pun dibuka sebagai upaya perluasan wilayah.

Kiai Patih Alus mengusulkan agar tugas membuka hutan tersebut diberikan kepada putra angkat Bupati Ronggo Suroadikusumo, Mas Astrotruno. Mas Astrotruno pun menyanggupi tugas tersebut setelah usul disetujui oleh sang Bupati.

Namun sebelum itu, Mas Astotruno dinikahkan dengan putrid Bupati Probolinggo Joyolelono yang bernama Roro Sadiyah. Lantas mertua Mas Astrotruno memberi hadiah berupa kerbau putih “Melati” dongkol. Kerbau ini memiliki tanduk yang melengkung ke bawah. Hadiah ini diberikan untuk dijadikan teman dan penuntun selama Mas Astrotruno mengembara mencari wilayah subur.

Pengembangan wilayah yang dimulai pada tahun 1789 tersebut tidak hanya bertujuan politis saja. Perjalanan tersebut juga merupakan upaya Mas Astrotruno menyebarkan agama Islam karena pada masa tersebut penduduk sekitar wilayah pengembangan menyembah berhala.

Mas Astrotruno berangkat melalui arah selatan dan melewati area pegunungan sekitar Arak-arak Jalan Nyi Melas. Pada perjalannya, Mas Astrotruno dibantu oleh Puspo Driyo, Jatirto, Wirotruno, dan Jati Truno. Rombongan tersebut terus berjalan ke timur hingga melewati gerbang Lawang Seketeng di Dusun.

Selama perjalanan, rombongan Mas Astrotruno sudah melewati desa Wringin, Kupang, Poler serta Madiro. Setelah itu, rombongan tersebut menuju arah selatan ke Desa Kademangan dan membangun pondok peristirahatan.

Desa tersebut terletak di sebelah barat daya Kademangan dan diperkirakan lokasi tersebut sekarang adalah Desa Nangkaan. Pada jalur utara, rombongan melalui beberapa desa yakni Glingseran, Tamben dan Ledok Bidara.

Wilayah lain yang dilalui Mas Astrotruno adalah Selokambang dan Selolembu di sebalah barat dan Tenggarang, Pekalangan, Wonosari, Jurangjero, Tapen, Prajekan serta Wonoboyo di sebelah timur.

Sedangkan di area selatan, rombongan melewati Sentong, Bunder, Biting, Patrang, Baratan, Jember, Rambi, Puger, Sabrang, Menampu, Kencong, dan Keting.

Ketika itu, jumlah penduduk hanya sekitar lima ratus orang dan setiap desa hanya dihuni dua hingga empat keluarga saja. Setelah itu, kediaman penguasa dibangun. Kediaman ini terletak di sebelah selatan Sungai Blindungan, sebelah barat Sungai Kijing, dan di sebelah utara Sungai Growongan.

Tempat ini kemudian umum dikenal dengan “Kabupaten Lama” Blindungan. Perkiraannya terletak kurang lebih 400 meter di sebelah utara alun-alun. Tugas membuka jalan dan memperluas wilayah ini berlangsung dari tahun 1789 hingga 1794.

Kemudian pada tahun 1808 Mas Astrotruno diangkat menjadi demang dengan sebutan “Demang Blindungan” dan diberi gelar Abhiseka Mas Ngabehi Astrotruno. Pengangkatan tersebut bertujuan untuk memantapkan wilayah kekuasaan.

Ikatan Keluarga Besar Ki Ronggo Bondowoso memberikan keterangan bahwa Raden Bagus Asrah atau Mas Ngabehi Astrotruno diangkat sebagai patih berdiri sendiri (zelfstanding) pada tahun 1809.

Nama yang diberikan kepada beliau adalah Abhiseka Mas Ngabehi Kertonegoro. Masyarakat memandang beliau sebagai penemu sekaligus pemegang kekuasaan pemerintahan Bondowoso yang pertama.

Kediaman Ki Kertonegoro yang semula bernama Blindungan, kemudian diubah menjadi Bondowoso sebagai bentuk gubahan Wana Wasa. Maknanya lalu dikaitkan dengan Bondo, yang memiliki arti modal, bekal, serta Woso yang berarti kekuasaan.

Kata tersebut secara keseluruhan diartikan sebagai ‘terjadinya negeri adalah semata-mata karena adanya bekal kemauan keras dalam mengemban tugas yang diberikan untuk membabat hutan dan membangun kota’.

Pada masa Belanda telah menduduki Puger, secara administratif Bondowoso telah dimasukkan ke dalam wilayah kekuasaan mereka. Namun, pengangkatan personil praja masih di bawah wewenang Ronggo Besuki.

Maka dari itu tidak ada seorang pun yang berhak memberi klaim atas kelahiran kota baru Bondowoso selain Mas Ngabehi Kertonegoro. Hal ini diperkuat dengan pemberian izin untuk terus membabat hutan dalam upaya membangun kota. Izin tersebut diberikan kepada beliau sampai akhir hayatnya di Besuki.

Pada tahun 1819, Bupati Adipati Besuki Raden Ario Prawiroadiningrat menaikkan status Bondowoso dari Kademangan menjadi Keranggan. Daerah ini menjadi wilayah yang lepas dari Besuki. Bupati Adipati Besuki Raden Ario Prawiroadiningrat kemudian mengangkat Mas Ngabehi Astrotruno sebagai penguasa wilayah dengan gelar Mas Ngabehi Kertonegoro dan berpredikat Ronggo I. Maklumat tersebut terjadi pada Selasa Kliwon, 25 Syawal 1234 H atau 17 Agustus 1819.

Momentum kenaikan status serta pengangkatan Mas Ngabehi Astrotruno sebagai penguasa wilayah tersebut kemudian menjadi tanda keberadaan Bondowoso sebagai wilayah kekuasaan mandiri resmi di bawah kekuasaan Kiai Ronggo Bondowoso.

Tampik kepemimpinan Kiai Ronggo Bondowoso ini meliputi wilayah Bondowoso serta Jember dan berlangsung antara tahun 1829-1830. Kemudian pada 1830 Kiai Ronggo I mundur dari kepemimpinan dan menyerahkan kekuasannya kepada seorang patih di Probolinggo yang merupakan putra kedua beliau, Djoko Saridin.

Gelar M Ng Kertokusumo dengan predikat Ronggo II kemudian dianugerahkan kepada pemegang kekuasaan yang baru. Jabatan tersebut diemban Djoko Saridin antara tahun 1830-1858.

Setelah mundur dari pemerintahan, Kiai Ronggo I menekuni dakwah agama islam dan bermukim di Kebun Dalem Tanggul Kuripan. Kiai Ronggo I wafat di usia 110 tahun pada tanggal 19 Rabi’ulawal 1271 H atau 11 Desember 1854. Jenazah beliau dikebumikan di sebuah bukit atau Asta Tinggi di Desa Sekarputih. Hingga kini masyarakat sekitar Bondowoso menyebut tempat tersebut “Makam Ki Ronggo”.

Bandung Bondowoso

Kisah legenda rakyat yang satu ini tidak ada hubungannya dengan sejarah pembentukan kabupaten Bondowoso namun tidak ada salahnya kita mempelajari sejarah kerajaan-kerajaan di Indonesia.

Sesuai dengan namanya, ilmu Bandung Bondowoso bersumber dari kisah Roro Jonggrang. Dimana pada jaman dahulu, Roro Jonggrang meminta Bandung Bondowoso untuk membangun seribu candi sebagai syarat lamarannya.

Seribu candi harus diselesaikan sebelum ayam jantan berkokok atau fajar, jika tidak pernikahan mereka tidak akan pernah terjadi. Dengan kesaktiannya, Bandung Bondowoso sebenarnya berhasil membangun 1000 candi, namun Roro Jonggrang menggagalkannya dengan kelicikannya.

Lantas, apakah sebenarnya keajaiban Ajian Bandung Bondowoso? Yuk, simak ulasannya berikut ini!

Dahulu diceritakan bahwa aji Bandung Bondowoso akan membuat seseorang kebal terhadap segala macam serangan senjata. Bahkan ada yang mengatakan, tidak perlu melakukan gerakan sedikitpun untuk menangkal serangan senjata.

Sihir Bandung Bondowoso akan membuat senjatanya terbang dengan sendirinya. Praktik ini juga bisa membuat banyak orang menyukai penguasa.

Aji Bandung Bondowoso dari Masa ke Masa

Namun berbeda dengan jaman sekarang dimana gaya Bandung Bondowoso mengutamakan keselamatan dan perlindungan. Hal tersebut disesuaikan dengan jaman sekarang dimana orang akan kebal terhadap niat jahat seseorang, dari niat buruk dan perbuatan jahat. Misalnya perampokan, pencurian, pembunuhan, penikaman, serta pemerkosaan dan penipuan.

Persyaratan Berat untuk Menguasai Ajian Bandung Bondowoso

Menguasai sulap di Bandung Bondowoso bukanlah perkara mudah. Penguasa sakti ini harus selalu menjaga perbuatannya agar selalu dalam kebaikan. Jika Anda menyimpang sedikit saja, hidup Anda dipertaruhkan.

Ada praktik atau syarat tertentu jika ingin menguasai sulap di Bandung Bondowoso. Tentu saja, melakukan ini tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Oleh karena itu tari Bandung Bondowoso mulai punah. Hanya segelintir orang yang mampu memenuhi persyaratan untuk menguasai mantra Bandung Bondowoso.

Amalan pertama adalah niat bersih menggunakan ilmu Bandung Bondowoso di jalan kebaikan. Sebelum mulai mempelajari praktik ini, Anda harus berniat untuk menggunakan praktik ini di jalan kebaikan.

Jika tidak, akibatnya tidak main-main, nyawa bisa hilang. Kemudian lakukan puasa selama 30 hari mulai hari sabtu kliwon bulan suro, dilanjutkan dengan puasa ngebleng selama 7 hari dan terakhir puasa patigeni.

Selama berpuasa juga wajib melaksanakan shalat dan sunnah wajib. Tahap terakhir adalah Upacara Ngobong Nyowo yang bertujuan untuk mempersiapkan jiwa menerima Aji Bandung Bondowoso.

Semua amalan tersebut harus dilakukan dengan bimbingan seorang guru yang benar-benar memahami ilmu Bandung Bondowoso.

Amalan yang satu ini dulunya dipercaya sangat populer. Namun seiring berjalannya waktu, tidak banyak orang yang mempelajarinya lagi. Masuk akal mengapa. Alasannya tidak lain adalah bahwa penganiayaan sangat berat dalam prosesnya dan memiliki konsekuensi yang sangat besar.

Pemerintahan Kabupaten Bondowoso

Pada awal tahun 2020, Pemerintah Kabupaten Bondowoso mendapatkan Penghargaan Sakib atau bisa disebut juga dengan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dari Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara, Reformasi dan Birokrasi (Menpan RB).

Hal tersebut setidaknya menjadi bukti bahwa Pemerintah Bondowoso dapat efisien mengatur tata kelola daerah. Pada tahun sebelumnya, Bondowoso juga meraih prestasi Penghargaan Pembangunan Daerah (PPD) terbaik ke 1 Tahun 2019, Katagori Kabupaten se-Provinsi Jawa Timur.

Perjuangan berbagai elemen pemerintahan dari bupati dan wakil bupati hingga pada eselon paling bawah membuahkan hasil manis. Semoga kebaikan ini bisa terus dipertahankan bahkan lebih ditingkatkan lagi di masa depan.

Berikut ini adalah daftar kantor-kantor pemerintahan yang ada di Kabupaten Bondowoso.

  1. Kantor Bupati Bondowoso
    Beralamat di Jl. Letjen Suprapto, Potos, Badean, Kec. Bondowoso, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Kode Pos 68211. Jam kerja di hari kerja mulai pukul 07.00 hingga 16.00 WIB.
  2. BKD Bondowoso (Badan Kepegawaian Daerah)
    Beralamat di Jl. KH Ashari No.123. Jam kerja di hari kerja mulai pukul 07.00 hingga 16.00 WIB.
  3. DPRD
    Beralamat di Jl. KH. R. As’ad Syamsul Arifin No.100, Krajan, Tenggarang, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Jam kerja di hari kerja mulai pukul 07.30 hingga 15.30 WIB.
  4. Diknas
    Beralamat di Jl. Santawi No.96, Sumbergudeg, Tamansari, Kec. Bondowoso, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Jam kerja di hari kerja mulai pukul 07.00 hingga 16.00 WIB.
  5. Kemenag
    Beralamat di Blk Timur, Kademangan, Kec. Bondowoso, Bondowoso, Jawa Timur. Jam kerja di hari kerja mulai pukul 07.30 hingga 15.30 WIB.
  6. Kantor Pajak
    Beralamat di Jl. Santawi No. 02, Tegalelo, Tamansari, Kec. Bondowoso, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Jam kerja di hari kerja mulai pukul 08.00 hingga 16.00 WIB.
  7. Pengadilan Negeri Bondowoso
    Beralamat di Jl. Santawi No.59, Tamansari Indah, Tamansari, Kec. Bondowoso, Bondowoso, Jawa Timur. Jam kerja di hari kerja mulai pukul 07.30 hingga 16.00 WIB.
  8. Pengadilan Agama Bondowoso
    Beralamat di Jl. Santawi No.94-A. Jam kerja di hari kerja mulai pukul 07.30 hingga 16.00 WIB.
  9. Kantor BPJS Kesehatan
    Beralamat di Jl. Mastrip No.36, Nangkaan Timur, Nangkaan, Kec. Bondowoso, Bondowoso, Jawa Timur. Jam kerja di hari kerja mulai pukul 08.00 hingga 15.00 WIB.
  10. BLK Bondowoso
    Beralamat di Krajan, Tangsil Kulon, Tenggarang, Jawa Timur. Jam kerja di hari kerja mulai pukul 07.30 hingga 15.45 WIB.
  11. LPSE Bondowoso (layanan Pengadaan Sistem Elektronik)

Wisata Bondowoso Terbaru

Jika menyebut periwisata, Kabupaten Bondowoso seperti tak ada habisnya. Banyak destinasi wisata, mulai wisata alam, wisata sejarah, hingga wisata budaya. Terlebih dengan didukung kontur wilayah yang berupa perbukitan dan dataran tinggi menjadikan Kabupaten Bondowoso selalu menarik untuk dikunjungi.

Kawah Ijen, Gunung Raung, Pemandangan Arak-arak, Situs Megalitikum adalah beberapa contoh nama beken yang tak pernah sepi pengunjung, baik dari wisatawan lokal maupun dari luar daerah.

Hari ini Pemerintah Indonesia sedang menggenjot besar-besaran pariwisata nasional. Karena tak bisa dimungkiri bahwa Indonesia begitu kaya akan pariwisata. Dan salah satu kekayaan tersebut ada di Kabupaten Bondowoso.

Wilayah destinasi wisata di Bondowoso terbilang masih banyak hal berbau mistis sehingga ketika ada kejadian yang tidak langsung terungkap pada wilayah tersebut akan disangka perbuatan mahluk halus.

Pendaki hilang di bondowoso beberapa bulan yang lau salah satu contoh bahwa masyarakat masih mempercayai warisan leluhurnya. Hal tersebut tidak boleh diremehkan karena kita hidup didunia tidak sendirian namun banyak mahluk lain yang patut kita hargai.

Destinasi Wisata Di Bondowoso

Berikut beberapa destinasi wisata menarik di Kabupaten Bondowoso yang bisa dikunjungi.

Kawah Ijen (Ijen Crater)

Kawah Ijen merupakan danau bekas letusan yang berada di puncak Gunung Ijen yang berlokasi di wilayah Cagar Alam Taman Wisata Ijen Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Banyuwangi. Kawah Ijen memiliki kedalaman 200 meter dengan luas kawah mencapai 5.466 Hektar.

Danau kawah Ijen juga terkenal sebagai danau air asam kuat terbesar di dunia. Serta bisa dikatakan ini adalah destinasi wisata nomer wahid di Bondowoso.

Salah satu hal yang paling dicari wisatawan di Kawah Ijen adalah fenomena api biru abadi di dalam kawah. Selain unik dan menakjubkan, pemandangan ini juga hanya terjadi di Ijen dan Dallol, Ethiopia.

Api biru abadi hanya dapat dilihat saat tidak ada cahaya, jadi waktu paling ideal untuk melihatnya adalah pukul 02.00 hingga 04.00 dini hari, untuk itu pendakian Gunung Ijen juga baru mulai dibuka pukul 02.00 dini hari.

Dari Kawah Ijen, terlihat pula pemandangan gunung lain yang ada di kompleks Pegunungan Ijen yaitu puncak Gunung Marapi yang berada di timur Kawah Ijen, Gunung Raung, Gunung Suket, dan Gunung Rante.

Asal api biru yang banyak dicari oleh wisatawan berasal dari zat asam belerang dalam kawah. Jika senyawa belerang bercampur dengan oksigen pada suhu tinggi, maka terjadilah reaksi pembakaran. Lalu bagian yang nampak dari oleh pembakaran tersebut merupakan nyala api yang muncul karena atom-atom tersebut mengeluarkan energi.

Energi dari reaksi pembakaran membuat elektron pada atom semakin meningkat. Ketika elektron kembali ke fase awal, ia akan melepaskan energi ekstra dalam bentuk partikel cahaya. Lantas nampaklah warna biru yang berkilauan. Kira-kira demikian penjelasan ilmiah kenapa di Kawah Ijen dapat muncul api biru.

Ijen sendiri mulai terkenal semenjak datangnya turis asal Perancis, Nicolas Hulot dan sang istri, Katia Kraft pada tahun 1971. Mereka menuliskan kisah pesona Kawah Ijen lengkap dengan kerasnya kehidupan para penambang belerang di majalah Geo, Perancis. Ternyata hal tersebut begitu menarik bagi para pelancong untuk datang ke Ijen.

Rute untuk mencapai Ijen bisa diambil melalui Bondowoso-Wonosari-Tapen-Sempol-Paltuding. Dari Paltuding masih berjalan kaki sekitar 3 kilometer. Lintasan awal sejauh 2 kilometer cukup berat karena menanjak. Mayoritas jalur memiliki kemiringan 25-35 derajat.

Selain menanjak, struktur tanah yang berpasir membuat langkah kaki semakin berat karena harus menahan badan agar tidak merosot ke belakang. Istirahatlah di pos unik berbentuk lingkaran bernama Warung Pos Bundar karena jalur selanjutnya naik agak curam dan licin.

Terakhir dilanjutkan sekitar 1 kilometer yang relatif landai, namun dari situ wisatawan atau pendaki sudah disuguhi pemandangan deretan pegunungan yang sangat indah.

Jika ingin turun ke kawah, sudah menanti medan berbatu-batu sejauh 800 meter dengan kondisi yang terjal hingga kemiringan 45 derajat. Jadi siapkan kondisi fisik yang prima dan peralatan yang memadai agar bisa mendaki dengan nyaman.

Gunung Raung

Meski terkenal dengan sebutan gunung dengan trek paling ekstrem di Pulau Jawa, Gunung Raung tetap memiliki pesona bagi para pendaki. Memiliki ketinggian 3260 mdpl membuat Gunung Raung menjadi puncak tertinggi di Pegunungan Ijen, sekaligus tertinggi di Jawa Timur setelah Gunung Semeru dan Gunung Arjuno. Dan tertinggi keempat di Pulau Jawa, karena ada nama Gunung Slamet di atasnya. Dari Bondowoso, pendaki bisa memulai perjalanan pendakian melalui basecamp Sumberwaringin, Wonosari.

Gunung Raung memiliki empat puncak. Pertama Puncak Bendera, kedua Puncak 17, ketiga Puncak tusuk Gigi dan terakhir yang paling tinggi adalah puncak Puncak Sejati. Raung juga dikenal sebagai pemilik kaldera terbesar kedua setelah Gunung Tambora. Dari puncak akan terlihat kaldera dengan diameter sekitar 2 kilometer dan kedalaman sekitar 500 meter.

Tak ada sumber mata air di Gunung Raung, jadi untuk pendakian 2-3 hari harus menyiapkan logistik secara maksimal. Setidaknya 5-6 liter air per orang. Selain logistik, yang perlu diperhatikan adalah kemampuan mountaineering yang mumpuni. Tali-menali, keselamatan, peralatan memadai harus benar-benar diperhatikan.

Dengan terkenalnya raung sebagai gunung dengan trek yang ekstrem, persiapan diri secara maksimal adalah kunci keselamatan. Namun persiapan yang benar dan maksimal tersebut akan terbayar dengan pengalaman dan pemandangan sangat cantik di puncak.

Kawah Wurung

Kabupaten Bondowoso merupakan surganya wisata kawah. Setelah Kawah Ijen dengan pesona api birunya, kali ini ada Kawah Wurung. Dalam bahasa jawa, wurung berarti tidak jadi. Jika disesuaikan konteks, maka Kawah Wurung berarti sudah tidak jadi kawah atau kawah mati, atau bekas kawah. Lalu jadi apakah?

Banyak cerita yang mengatakan bahwa kawah wisata yang terletak di Kecamatan Sempol, Bondowoso ini tak kalah dari Bukit Teletubies Bromo ataupun bukit-bukit di Selandia Baru yang kerap menjadi lokasi syuting film. Namun memang benar adanya, kawah mati ini memiliki pemandangan surgawi. Nampak benar seperti permadani hijau sangat lebar yang digelar di permukaan Bondowoso.

Untuk mencapai Kawah Wurung, wisatawan harus melewati yang dinamakan Tanjakan Cinta. Tanjakan yang tidak terlalu curam sepanjang 100-an meter. Lalu melanjutkan pendakian ke atas bukit yang memakan waktu kurang lebih 15 menit. Dari situ mata mata wisatawan akan dimanjakan dengan pemandangan lembah dan perbukitan yang aduhai indahnya.

Tiket yang dikenakan pada wisatawan pun tak mahal, cuma 3000 rupiah. Namun untuk catatan, jika datang pada musim kemarau, rerumputan dan padang ilalang yang biasanya berwarna hijau akan beruah menjadi kuning kecoklatan karena kepanasan.

Bukit Apet Lepet

Bukit Apet Lepet ini sebenarnya merupakan salah bukit dalam susunan perbukitan yang sangat indah. Dari balik Bukit Apet Lepet, akan nampak Kawah Curah Penai. Lagi-lagi kawah, Bondowoso memang benar-benar surganya wisata kawah. Namun bedanya, kawah in dipakai para petani untuk menanam.

Kawasan wisata yang berlokasi di Desa Kalianyar, Kecamatan Sempol, Bondowoso ini menawarkan pemandangan alam yang memanjakan mata dan hati. Memanjakan mata karena keindahannya dan memanjakan hati untuk mengingat kebesaran Sang Pencipta. Sekaligus rasa bak berada di negeri dongeng akan langsung didapatkan jika sudah sampai di sana.

Untuk menuju kompleks wisata tersebut, wisatawan juga bisa menyewa ojek yang dikelola oleh pemuda kampung setempat. Setidaknya menjadi upaya membantu ekonomi warga lokal agar terus survive mengelola potensi daerahnya.

Pemandangan Arak-arak

Kawasan wisata yang terletak di Desa Sumbercanting, Kecamatan Wringin, Kabupaten Bondowoso ini letaknya tak jauh dari pusat kota. Hanya menghabiskan kira-kira 35 menit waktu tempuh dengan jarak kisaran 21 kilometer. Dengan konsep wisata taman di tengah hutan pegunungan, Pemandangan Arak-arak cukup digemari oleh wisatawan.

Hutan yang sudah dipermak dengan ditambah gazebo, spot-spot foto, fasilitas penunjang lain menjadi tampak cantik dan bikin betah. Cocok untuk refreshing setelah 5-6 hari sibuk bergelut dengan pekerjaan. Spot foto paling ramai adalah rumah pohon dan spot yang menawarkan latar belakang pemandangan pegunungan. Selain itu, di sisi timur, wisatawan juga bisa melihat pemandangan Air Terjun Lidah.

Salah satu hal menarik dari wisata ini adalah kerumunan monyet. Alasannya tentu saja karena ini adalah hutan dan habitat asli monyet. Apalagi jika sedang musim kemarau, para monyet akan menyambangi Arak-arak untuk mencari makan karena sudah kehabisan bahan makanan di hutan. Namun jangan takut, monyet tersebut tidak akan menyerang jika tidak merasa ketakutan. Jadi tetap hati-hati. Wisatawan juga dihimbau untuk tidak memberi makan agar monyet tidak ketergantungan dengan manusia lalu kehilangan insting alami mereka. Dan ingat, jangan membuang sampah sembarangan.

Rawa Indah Almour

Jika mencari wisata yang cocok untuk keluarga, artinya yang cocok untuk orang tua dan untuk anak di Bondowoso. Rawa Indah Almour bisa menjadi jawabannya.

Tersedia kolam renang, wahana ikan hias, sepeda bebek air, flying fox, hingga saung-saung untuk bersantai sambil menikmati indahnya rawa. Jadi sembari menunggu anak-anak bermain, orang tua bisa bersantai di saung sambil menikmati tape dan kopi arabika khas Ijen.

Wisata Rawa Indah Almour terletak di Desa Alassumur, Kecamatan Pujer, Kabupaten Bondowoso dan dikelola oleh pokdarwis setempat. Terdapat pula homestay jika ada wisatawan yang ingin menginap.

Air Terjun Kalipahit

Lokasinya yang masih masuk kawasan cagar alam kawah ijen membuat Kalipahit mudah ditemukan. Air terjun yang menyerupai sungai, karena kemiringan lahan yang tidak curam, memiliki kandungan belerang yang kuat, hingga airnya berwarna hijau kekuningan dan berbusa.

Kalipahit dipercaya masyarakat dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit khususnya penyakit kulit. Bahkan sudah banyak pembuktian bahwa orang-orang yang datang ke sana berhasil sehat kembali. Didukung dengan pemandangan yang indah serta buka selama 24 jam penuh, Kalipahit banyak menjadi jujukan bagi banyak wisatawan. Berwisata sekaligus berobat.

Air Terjun Gentongan

Air terjun ini terlihat jika wisatawan melakukan pendakian ke Gunung Ijen. Jika dilihat dari jauh, maka akan terlihat biasa saja selayak air terjun lainnya. Namun jika dilhat dari dekat, maka akan terlihat bahwa air yang terjun tersebut keluar dari sela-sela bebatuan. Katanya air tersebut merupakan rembesan dari kawah Ijen. Karena air yang keluar juga berwarna dan berbusa karena mengandung kadar belerang yang tinggi.

Nama Gentongan diambil dari bahasa Madura yang berarti menggantung. Maksudnya dari air yang keluarnya tampak menggantung. Sayangnya, Gentongan belum banyak diketahui wisatawan karena tidak dipromosikan secara optimal. Itu juga karena faktor akses yang masih susah.

Air Terjun Blawan

Lagi-lagi tak jauh dari kawah Ijen terdapat air terjun yang apik. Blawan namanya. Letaknya di Desa Kalianyar, Kecamatan Sempol, Bondowoso. Air terjun ini adalah hilir dari Kalipahit yang penuh kadar belerang dan dikelilingi oleh tumbuhan makademia. Blawan menjadi menarik karena muara alirannya langsung menuju ke dalam tanah seperti air terjun Niagara di Amerika, dan pada akhirnya bermuara di Asembagus Situbondo.

Dengan debit aliran air yang cukup tinggi, suasana di sekitar air terjun Blawan terdengar gemuruh. Terdapat pula sumber air panas alami yang mengandung belerang dan biasa digunakan untuk merendam kaki oleh para pengunjung karena dipercaya bisa menyembuhkan penyakit kulit.

Medan perjalanan menuju Blawan cukup menantang, karena dijalani dengan naik turun tangga di antara dua tebing. Perbedaan dengan air terjun kebanyakan, Air Terjun Blawan hanya bisa dilihat dari sisi samping kanan, tidak dari arah depan karena dari bagian depan dan sisi bagian kiri dibatasi oleh tebing tinggi.

Air Terjun Polo Agung

Air terjun Polo Agung berlokasi di Desa Sukorejo, Kecamatan Sumber Wringin, kurang lebih 40 km sebelah timur Kota Bondowoso. Letaknya yang berada di tengah perkebunan milik masyarakat membuat masyarakat juga terlibat aktif menjadi partisipator dalam pembangunan infrastruktur maupun pemberdayaan wisata Polo Agung. Wisata air terjun yang diresmikan pada tahun 2003 ini memiliki ketinggian sekitar 30 meter.

Didukung pemandangan yang masih asri dan keramahan masyarakat lokal, Polo Agung bisa menjadi salah satu agenda wisata di Bondowoso. Terdapat pula lembah hijau yang tidak terlalu luas. Meski wisatawan bisa menuju tempat ini dengan memakai sarana transportasi umum, tetapi untuk mencapai lokasi air terjun harus berjalan kaki.

Wisatawan juga bisa menikmati suasana segar nan rileks dari air terjun dari shelter yang sudah dibuat. Polo Agung memang cocok untuk bersantai dan merefresh energi.

Bendungan Sampean Baru

Bendungan Sampean Baru menjadi salah satu pilihan strategis bagi wisatawan yang ingin mencari spot foto estetik dan instagramable. Bentuk bendungan besar, kokoh, nan gagah ini sangat cocok menjadi background foto. Bentuknya seperti memperlihatkan bendungan-bendungan yang ada di Belanda.

Bendungan yang berfungsi untuk mengairi lahan seluas 9800 hektare ini beralamat di Desa Bunotan, Kecamatan Tapen, Kabupaten Bondowoso. Dengan tinggi 26 meter, panjang 670 meter, dan lebar 4 meter, serta didukung dengan pemandangan sekitar berupa perbukitan dan lembah menambah daya ciamik Bendungan Sampean Baru. Satu hal yang juga membuat kawasan ini menjadi sangat menarik adalah sunset dan sunrise-nya.

Bosamba Rafting

Masih satu paket dengan wisata Kawah Ijen, Bosamba Rafting menawarkan obyek wisata tak kalah indah. Bahkan juga menantang adrenalin, karena wisata ini berbasis olahraga air yaitu rafting atau arung jeram. Jadi setelah berlelah-lelah pendakian ke Gunung Ijen, wisatawan bisa menambah pengalaman untuk menyusuri sepanjang sungai Sampean Baru.

Dengan trek sekitar 14 kilometer yang menghabiskan waktu sekitar 2 jam ini, wisatawan juga disuguhi pemandangan yang mantab, layaknya sungai-sungai di Grand Canyon, Amerika. Pantas jika Bosamba Rafting dikenal sebagai wisata Grand Canyonnya Bondowoso.

Meski tergolong cukup ekstrem, wisatawan tak perlu takut atau ragu untuk berarung jeram ria di Bosamba karena guide dan tim rescue di sana sangat terampil, berpengalaman, dan sudah bersertifikasi. Selain diberi eksotisme tebing-tebing di sekitar sungai, di Bosamba wisatawan juga akan diberi pengalaman melewati gua kelelawar dan pemandangan kera-kera di sekitar hutan.

Selain arung jeram, Bosamba Rafting juga memiliki wahana flying fox, paint ball, dan camp ground yang bisa dijadikan pelengkap liburan.

Taman Pemandian Tasnan

Dari namanya, sudah bisa ditebak bahwa obyek wisata ini berupa pemandian. Namun apa menariknya pemandian ini jika dibanding pemandian lainnya? Jadi yang menarik dari Pemandian Tasnan adalah lokasinya yang berada di tengah alam bebas. Dikelilingi oleh pohon-pohon besar yang membuat udaranya menjadi sejuk.

Pemandian ini juga dikenal airnya tanpa kaporit alias alami. Tidak perih di mata dan tidak membuat rambut kusut. Terdiri dari dua kolam, satu untuk anak-anak dan satunya untuk dewasa. Masing-masing kolam memiliki empat tingkat ketinggian. Hal menarik lainnya adalah adanya ikan-ikan kecil yang hidup di kolam. Sekaligus memang membuktikan bahwa air di pemandian ini bersih hingga ikan-ikan bisa hidup.

Pemandian yang berlokasi di Desa Taman, Kecamatan Grujugan, Kabupaten Bondowoso ini dibangun sejak sejak zaman kolonial Belanda. Dengan berketinggian 300 mdpl, dari Pemandian Tasnan, wisatawan bisa melihat pemandangan Gunung Argopuro, Gunung Raung, dan Gunung Ijen. Tiket yang dipatok juga tidak mahal. Cukup 7.500 rupiah di hari biasa dan 10.000 rupiah di akhir pekan.

Pemandian Damar Wulan

Di kompleks Air Terjun Blawan, ada Pemandian Damar Wulan. Dinamakan demikian karena konon Damar Wulan yang merupakan sosok pahlawan dalam cerita legendaris yang berhasil mengalahkan Minak Jinggo dipercaya pernah mandi di tempat tersebut.

Obyek wisata ini masih sangat asri. Belum banyak pembangunan infrastruktur pendukung, sehingga cocok untuk mencari ketenangan sekaligus menyerap legenda kuno Damar Wulan. Jembatan penghubung ke lokasi juga masih memakai kayu yang sepertinya dibuat sudah lama sekali.

Taman Galuh

Taman Galuh berlokasi di Afdeeling Girimulyo, Desa Sumberrejo, Kecamatan Ijen. Rutenya hamper sama seperti ke Kawah Ijen, hanya bedanya nanti setelah sampai di Kecamatan Ijen akan ketemu pertigaan berpapan penunjuk arah tertulis di mana untuk arah untuk ke Kawah Ijen atau untuk ke Taman Galuh yang melalui Desa Watu Capil.

Perjalanan menuju Taman Galuh cukup menantang dan melelahkan, karena dihadapkan dengan medan terjal. Jika kondisi moda transportasi yang digunakan tidak prima, niscaya akan kesulitan sampai ke sana. Jadi pastikan semua dalam kondisi prima. Namun semua kelelahan tersebut akan sedikit terobati dengan landscape perbukitan dan pegunungan yang indah sepanjang perjalanan. Pula ilalang dengan bunga-bunga cantik yang tumbuh subur yang menghiasi sekitaran.

Sesampai di Afdeeling Girimulyo, wisatawan masih harus berjalan hingga menemukan gubug terakhir yang di atasnya terdapat bendera merah putih. Dan inilah Taman Galuh. Saking indahnya, wisatawan harus ingat bahwa Taman Galuh berlokasi di Bondowoso, bukan di Selandia Baru.

Situs Megalitikum Bondowoso

Selain obyek wisata alam, Kabupaten Bondowoso juga memiliki banyak wisata sejarah, bahkan pra sejarah. Sudah ribuan benda arkeologi ditemukan di hampir seluruh wilayah Bondowoso, khususnya bagian barat dan selatan.

Desa Pekauman di Kecamatan Grujugan dikenal sebagai situs terbesar di Bondowoso karena di sana ditemukan banyak sarkofagus, dolmen, menhir, arca, dan lain sebagainya. Sekaligus sekarang dijadikan Museum Megalitikum yang merangkum segala informasi terkait dengan kehidupan purbakala di Bondowoso.

Adanya museum tentu saja tidak hanya sebagai obyek wisata, namun juga sebagai sarana edukasi tentang apa yang terjadi di masa purba. Setidaknya memberi horizon pengharapan bahwa peradaban di Nusantara sudah berlangsung sejak lama. Sekaligus menjadi pengingat bagaimana peradaban pernah ada dan berkembang hingga seperti sekarang ini.

Bahkan Situs Pekauman yang juga Museum Megalitikum dicanangkan sebagai pusat edukasi megalitikum terbesar di Indonesia, karena memang sejauh ini Bondowoso masih menjadi tempat penemuan situs dan benda arkeologi pra sejarah terbesar di Indonesia.

Museum Kereta Api Bondowoso

Masih tentang wisata sejarah di Kabupaten Bondowoso. Kali ini ada Museum Kereta Api yang merupakan museum perkereta apian pertama di Jawa Timur dan yang ketiga di Indonesia setelah Ambarawa dan Sawahlunto.

Seperti keduanya, museum ini sebelumnya juga merupakan stasiun. Secara administratif, museum ini berlokasi di Kademangan, Kecamatan Bondowoso dan dibuka secara resmi sebagai museum pada tanggal 17 Agustus 2016.

Penetapan sebagai museum ini juga merupakan imbas dari memori sejarah kelam perkeretaapian di Bondowoso pada era Agresi Militer Belanda I. Pada subuh tanggal 23 November 1947 itu, seratus tahanan yang semula berada di Penjara Bondowoso akan dikirim oleh Belanda ke Surabaya via kereta dari Stasiun Bondowoso.

Ada tiga gerbong pengangkut. Dua gerbong memiliki lubang angin kecil, dan satunya tidak memiliki lubang angin sama sekali. Ukuran gerbong pun tidak besar. Alhasil gerbong menjadi pengap dan para tawanan di dalam gerbong kesulitan bernafas. Belum lagi harus menempuh 16 jam perjalanan dan tanpa diberi makan dan minum sebelumnya.

Akhirnya dari mulai sulit bernafas, kelaparan, kehausan, dan kepanasan mengirim lebih dari separuh mereka kepada maut. Dari sisa orang yang bertahan sampai di Stasiun Wonokromo, Surabaya hanya ada 12 orang yang setidaknya merasa baik-baik saja. 12 orang lainnya sakit parah dan 30 orang sisanya lemas tak berdaya. Kisah mereka kini terkenal dengan nama Tragedi Gerbong Maut. Dan hari ini, bekas gerbong pengangkut para pejuang tersebut masih bisa dilihat di Museum Kereta Api Bondowoso.

Daftar obyek wisata tersebut sebenarnya masih bisa diperpanjang. Namun setidaknya biarkan sebagian dari mereka tidak banyak terekspos dahulu, agar tetap terjaga keasrian dan kealamiannya.

Karena lebih dari separuh obyek wisata yang dikenalkan di Kab. Bondowoso merupakan wisata alam yang berisiko tinggi jika eksposnya tidak didampingi dengan maintenance yang baik, pasti hasilnya hanya akan merusak lukisan indah Sang Pencipta.

Kuliner Bondowoso

Berbicara mengenai makanan enak daerah sini atau kuliner Bondowoso wajib hukumnya untuk menempatkan nama tape di urutan teratas. Bahkan Kab. Bondowoso sampai dijuluki Kota Tape karena tapenya sudah terkenal sejak puluhan tahun lalu.

Tape Bondowoso dirasa begitu manis dan legit ketika digigit serta memiliki tekstur yang kesat dan tahan lama untuk penyimpannya. Tak ayal kenikmatannya membuat ia begitu sering dibajak atau mengaku-ngaku sebagai tape Bondowoso padahal aslinya bukan.

Dalam perjalanannya yang sudah puluhan tahun, produksi tape di Bondowoso menyimpan sejumlah mitos atau kepercayaan tertentu.

Padahal produksi tape hanya sesederhana memfermentasi singkong dengan menaburinya dengan bubuk ragi. Namun bagi masyarakat tape Bondowoso ternyata tidak sederhana, mungkin itu juga yang menjadikannya istimewa.

Mengambil pengakuan dari Supandi, perajin tape asal Kecamatan Pujer, bahwa beberapa hal dalam produksi tape harus diperhatikan dengan teliti. Setelah singkong dikupas kemudian dikukus sampai setengah matang. Lalu biarkan dingin untuk ditaburi ragi.

Pada penaburan ragi ini menjadi titik penting karena di sinilah terletak mitos lokal dalam proses pembuatan tape. Para penabur ragi ini memiliki kriteria khusus. Karena menurut kepercayaan, mereka adalah orang terpilih, tidak bisa sembarangan orang disuruh menabur ragi.

Masih dari pengakuan Supandi, penabur ragi terpilih tidak dalam kondisi terlilit hutang, tidak boleh dalam kondisi berduka cita, harus selalu dalam keadaan suci, tidak sedang menstruasi misalnya. Maka, jawaban dari kriteria tersebut adalah wanita-wanita tua yang sudah puluhan tahun bercokok dalam penaburan ragi.

Hal tersebut juga diakui oleh perajin tape asal Desa Tegaljati, Kecamatan Sukosari bernama Saberi. Jika kriteria di atas tidak dipenuhi niscaya akan terjadi kegagalan dalam proses produksi tape. Bisa-bisa tape akan becek, berasa pahit, dan paling parah, akan gagal produksi.

Bahan baku yang digunakan juga harus dari tanah Bondowoso. Para produsen percaya bahwa tanah di Bondowoso begitu istimewa untuk ditanami singkong. Ada pula kepercayaan untuk memakai besek atau wadah tape anyaman yang asli dari Bondowoso.

Lepas dari mitos, tape di Bondowoso bisa terkenal juga karena inovasi para produsen. Mereka tak hanya menjual dalam bentuk tape semata. Namun mereka juga berinovasi untuk membuat nilai jual tape menjadi lebih baik. Beberapa dia antaranya, adalah membuat tape bakar yang terkenal bahkan sampai masuk rekor MURI, ada pula pie tape, bolu tape, hingga keripik tape.

Ada hal unik lain dari dunia pertapean di Bondowoso, yaitu kebanyakan dari produsen tape menggunakan nama merek dagang mereka dengan akhiran angka. Misalnya tape 31, tape 82, tape 89, dan seterusnya. Entah mengacu pada apa angka-angka tersebut. Mungkin mengacu pada waktu perusahaan lahir atau mungkin juga hanya untuk meramaikan dunia pertapean Bondowoso saja.

Sekarang Bondowoso bisa bangga karena tapenya sudah mampu go international alias sudah ada pasar ekspor. Perusahaan tape dengan akhiran angka 31 yang berhasil menaikkan level penjualan mereka hingga mancanegara. Harapannya semoga bisa konsisten dan bisa memberi celah untuk para produsen tape lain untuk bisa merambah pasar ekspor.

Kopi Bondowoso

Kisah kopi Indonesia yang menjadi warga kopi dunia sudah mahsyur sejak era kolonial Belanda. Selain nama besar Aceh, Toraja, Priangan yang menjadi raksasa kopi sebelumnya, kini Bondowoso hadir menyeruak tatanan kopi nusantara dengan slogan ‘Bondowoso Republik Kopi’.

Slogan tersebut dideklarasikan langsung oleh bupati Bondowoso, Amin Said Husni, tahun 2016 lalu pada event Festival Bondowoso. Karena melihat potensi besar tanaman kopi sejak era Belanda, pemerintahan Bondowoso pada saat itu ingin mengembangkan kopi agar bisa menjadi cikal bakal kesejahteraan masyarakatnya.

Kopi Arabika Bondowoso
Biji kopi arabika asli Bondowoso | Foto: istimewa

Pembentukan program kluster dan pendampingan terhadap petani kopi dilaksanakan secara intensif. Hasilnya cukup memukau. Petani yang awalnya hanya memanen dan menjual kopi secara asalan tanpa memperhatikan perbedaaan petik pelangi dan petik merah serta proses pascapanen kini sudah bisa berbangga hati karena bisa menemukan pasar yang lebih baik.

Setidaknya mereka memiliki harga yang ditentukan oleh program kluster di kisaran 100.000 rupiah perkilo untuk greenbean arabika. Tentu saja itu sudah dibarengi dengan keterampilan panen dan pascapanen dari petani yang sudah lebih baik.

Filosofi Kopi Di Indonesia

Dilansir dari filosofi kopi, kini nama kopi Java Ijen Raung bisa berjajar dengan tegak di antara Aceh Gayo, Java Preanger, Sulawesi Toraja, Bali Kintamani, Papua Wamena, dan nama besar lainnya. Tak berhenti sampai di situ, peningkatan tonase hasil panen juga bisa dirasakan oleh petani dan pengekspor kopi.

Mereka tak hanya merambah pasar nasional, kini mereka sudah memiliki celah untuk bisa mengekspor kopi dengan nilai yang cukup fantastis, 48 miliar rupiah tercatat untuk 800 ton ekspor kopi pada tahun 2016. Pemkab Bondowoso menargetkan di tahun 2020 ini luasan kebun kopi bisa mencapai 20.000 hektare.

Pemberian kata republik pada slogan Bondowoso Republik Kopi juga ingin dibaca sebagai kedaulatan. Dalam hal ini tentu saja kedaulatan petani.

Bupati Amin pada saat itu juga menyatakan bahwa boleh saja ada investasi asing masuk dengan jumlah besar, namun tetap saja harus sesuai dengan koridor untuk menyejahterakan petaninya, bukan semata untuk mengeruk untung dari bisnis ini.

Kabupaten Bondowoso yang dulunya hanya kental dengan sebutan Kota Tape skala lokal kini bisa meningkat menjadi Republik Kopi dengan skala internasional.

Memang kemajuan seperti ini harus dilakukan dengan kerja bersama seluruh elemen, dari hulu ke hilir. Sembari pemerintah setempat terus memberi dukungan dan ruang gerak untuk petani, pembeli, roaster, sampai kedai-kedai kopi yang menyajikan kopi hingga dapat dinikmati para penikmat kopi.

Setelah antusias masyarakat umum terhadap kopi sudah meningkat, pada awal tahun 2018, pemerintah membuat obyek wisata kopi bernama Kampung Kopi.

Kampung Kopi berkonsep sentralisasi warung dan kedai kopi pada satu wilayah, tepatnya di Jalan Pelita, daerah Tamansari. Dengan Kampung Kopi, pemerintah ingin lebih membangun karakter perkopian lebih kuat lagi di Bondowoso, sekaligus ingin memberi ruang pada pegiat kopi di hilir agar bisa terus bergerak.

Jalan Pelita yang awalnya sepi, kini sudah ramai karena berjejer sekitar 30 warung kopi. Dan warung-warung di Kampung Kopi dengan sendirinya juga menjadi konsumen dari produksi para petani kopi di daerah mereka sendiri.

Konsep yang cukup menarik dan berpotensi menjadi trendsetter di dunia perkopian hari ini. Imbasnya adalah akan otomatis memunculkan hubungan perkopian yang baik dari hulu ke hilir.

Semoga Bondowoso Republik Kopi bisa terus konsisten membina warganya agar tercipta sistem sosial ekonomi yang lebih berkelanjutan.

Demikianlah penjelasan terkait daerah kabupaten Bondowoso sebagai kota wisata dan pengekspor kopi yang berada di ujung timur jawa timur. Jadi, tidak perlu lagi bertanya Bondowoso daerah mana?

Leave A Reply